Mengenal Edge Computing dan Manfaatnya
Sebuah studi dari IHS Markit dan UN Population Stat menyebutkan bahwa pada tahun 2020 diperkirakan 5 miliar orang akan terkoneksi dengan 30-50 miliar benda dan mesin. Bahkan, pada tahun 2030 diperkirakan perangkat yang terhubung akan mencapai 125 miliar, dengan rata-rata pertumbuhan 12% per tahun.
Artinya, dengan semakin banyaknya orang dan perangkat yang terhubung menyebabkan arus lalu lintas data sangat besar (Big Data). Ledakan Big Data itu, antara lain, diakibatkan oleh pertumbuhan pesat Internet of Things (IoT). Meningkatnya pertumbuhan lalu lintas data ini mengakibatkan koneksi data dan komunikasi data melalui jaringan menjadi lambat (latensi data).
Bagi perusahaan, koneksi data yang lambat dan latensi yang tinggi akan berdampak langsung terhadap performa bisnis dan dampak finansial. Untuk itu diperlukan data center yang andal untuk mengurangi latensi. Nah, salah satu solusi yang efektif adalah edge computing atau komputasi tepi.
Lalu, apa itu edge computing? Menurut perusahaan riset IDC, edge computing adalah jaringan mesh dari pusat data mikro (perangkat IoT) yang memproses atau menyimpan data penting secara lokal dan mendorong semua data yang diterima ke pusat data center atau cloud, dalam jarak kurang dari 100 kaki.
Secara arsitektur edge computing termasuk golongan distributed computing. Infrastruktur edge computing terdistribusi di berbagai tempat yang dekat dengan peranti pengumpul data. Edge computing akan mengolah data yang dibutuhkan untuk respon cepat. Sedangkan data lainnya yang perlu dianalisis lebih lanjut atau membutuhkan daya komputasi besar akan dikirim ke cloud. Dengan demikian tidak semua data dikirim ke cloud sehingga mengurangi beban jaringan dan menghindari potensi bottleneck di layanan pusat. Mengirim semua data ke pusat tidaklah praktis dan efisien.
Jadi, secara sederhana, edge computing ini menjalankan proses seminimal mungkin dari cloud dan memindahkannya pada tempat lokal, layaknya penggunaan komputer secara personal. Konsep ini dapat membawa komputasi pada jaringan edge untuk mengurangi komunikasi jarak jauh antara client dan server.
Edge Computing sangat ideal dalam berbagai situasi. Salah satunya adalah ketika perangkat IoT memiliki koneksi buruk dan tidak efisien bagi perangkat IoT untuk selalu terhubung ke pusat cloud. Selain itu dapat berkaitan dengan pemrosesan informasi sensitif. Sistem edge computing berhasil mengurangi latensi karena data tidak harus melintasi jaringan ke pusat data atau cloud untuk diproses.
Edge computing adalah proses komputasi yang difokuskan untuk memproses lalu lintas IoT dan penyimpanan data sedekat mungkin dari sumber data ke pusat data, sehingga dapat mengurangi latensi dan penggunaan bandwidth yang tidak diperlukan. Edge computing memungkinkan data yang dihasilkan perangkat IoT diproses lebih dekat ke data center atau cloud. Memungkinkan perusahaan untuk menganalisa data secara real time.
Edge computing meliputi berbagai teknologi termasuk jaringan sensor nirkabel, data mobile, analisa tanda tangan, jaringan peer-to-peer dan komputasi grid/mesh.
Ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk membuat edge computing berkemampuan cloud. Pertama, dilakukan dengan menginstalasi edge software pada hardware khusus atau hardware yang sudah ada yang telah memberikan layanan lain. Tujuannya agar dapat menangani komunikasi, menyimpan data dari sensor, dan sinkronisasi. Peranti yang menjalankan software tersebut bisa berprosesor ARM dengan konsumsi daya listrik rendah. Kedua, memperpanjang cloud ke banyak lokasi point-of-presence (PoP). Disediakan dan didistribusikan ke berbagai lokasi Edge.
Secara keseluruhan ada beberapa manfaat atau keuntungan bagi perusahaan yang menerapkan sistem edge computing. Pertama, secara signifikan menurunkan volume, lalu lintas dan jarak data sehingga mengurangi biaya transmisi, menyusutnya latensi, dan meningkatkan kualitas layanan. Kedua, mengurangi lingkungan komputasi inti, menghilangkan hambatan utama dan kegagalan. Ketiga, keamanan meningkat karena data dienkripsi saat menuju inti jaringan. Data diperiksa saat melewati firewall, dimana virus, kesalahan data, dan cracker dapat ditangkap sejak dini. Keempat, kemampuan untuk virtualisasi memperluas skalabilitas. Penggunanya adalah perusahaan yang menginginkan skala linier kinerja aplikasi terhadap pertumbuhan basis pelanggan. Kelima, pemenuhan kebutuhan analisis yang cepat, misalnya untuk memeriksa kinerja mesin. (*dari berbagai sumber)