Masih ingat dengan kasus krisis keuangan yang menimpa Lehmann Brother? Atau, di Indonesia, dengan kasus Bank Century—dan belakangan ada kasus asuransi Jiwasraya.
Sejatinya, benang merah dari kasus krisis keuangan tersebut adalah karena ketidakjujuran (transparansi) sistem finansial. Maklum, perusahaan keuangan itu bisa menggunakan uang atau dana nasabahnya tanpa sepengetahuan mereka. Terlebih penggunaannya pun yang belum tentu benar.
Nah, melalui pemanfaatan teknologi blockchain, sesungguhnya, permasalahan fraud atau transparansi pada sistem finansial dapat diatasi atau dihilangkan. Sebab, blockchain merupakan teknologi pencatatan transaksi terintegrasi dengan teknologi modern, dimana ia memiliki enkripsi data yang sangat kuat. Bahkan, data tersebut hanya bisa dibaca dan ditambahkan, tetapi tidak bisa diubah. Karena teknologi blockchain ini dilengkapi oleh enskripsi kryptography.
Blockchain adalah salah satu teknologi yang tidak menggunakan pihak ketiga dalam suatu proses pertukaran data yang dalam hal ini terjadi pada proses transaksi. Jadi, pada sistem blockchain, bukan pihak ketiga sebagai pusatnya, tetapi menggunkan banyak pihak atau komputer yang tersebar di jaringan itu sendiri.
Contoh sederhananya begini: jika Anda membeli sesuatu di toko dengan membayar menggunakan kartu debit, maka pihak toko akan percaya saldo yang anda masukkan sudah masuk ke rekening milik mereka. Nah, pihak ketiga yang dimaksud di sini adalah perusahaan Bank yang sebagai penghubung pembeli dan penjual tersebut dalam bertransaksi menggunakan kartu debit tadi.
Bank mencatat semua transaksi financial yang mereka lakukan dalam suatu buku besar (General Ledger) digital. Semua transaksi yang terjadi itu dicatat secara permanen, dan kemudian disebarkan pada seluruh jaringan blockchain tersebut. Teknologi Blockchain ini tidak dikelola oleh satu ogranisasi aja, tapi oleh banyak pihak yang disebarkan secara publik.
Jadi, sistem blockchain hadir dengan mengubah pendekatan yang sentralistik menjadi terdesentralisasi. Hal ini akan membuat orang yang tidak bertanggung jawab menjadi kesulitan melakukan pembobolan pada sistem dan mempunyai gangguan yang kemungkinan kecil akan terjadi.
Melalui pendekatan terdesentralisasi, maka setiap komputer dengan perangkat lunak yang diinstal memiliki salinan blockchain yang terus diperbarui dengan blok baru. Dengan begitu, tidak ada server terpusat yang memegang transaksi, dan karena setiap blok baru harus memenuhi persyaratan dalam rantai atau jaringan, maka tidak ada yang bisa menimpa transaksi sebelumnya.
Selain terdesentralisasi, cara kerja sistem blockchain ini terdiri dari dua jenis record: transaksi dan blok. Transaksi ini disimpan secara bersama-sama dalam satu blok. Setiap blok berisi hash yang saling terkait melalui kriptografi, sehingga membentuk jaringan. Fungsi hash kriptografi adalah mengambil data dari blok sebelumnya dan mengubahnya menjadi compact string. String ini memungkinkan sistem bisa mudah mendeteksi adanya sabotase.
Dengan metode tersebut, maka setiap blok tidak perlu memiliki nomor seri, hash memungkinkan setiap blok dapat memverifikasi integritasnya. Setiap blok akan menegaskan validitasnya dari blok sebelumnya. Keterkaitan blok bukanlah satu-satunya hal yang membuat jaringan tetap aman.
Teknologi blockchain dikembangkan sebagai respon atas kekhawatiran sejumlah pihak terhadap cara kerja software yang tersentralisasi. Blockchain mulai berkembang tahun 2009 dengan diimplementasikannya pada mata uang virtual Bitcoin. Lalu, pada tahun 2014 teknologi blockchain ini direvolusi dengan Blockchain 2.0.
Sejatinya, dengan sistem basis data terbuka dan terdesentralisasi itu, blockchain tak cuma memungkinkan untuk melakukan transaksi uang jadi lebih aman, cepat, dan murah. Sifat pencatatan digital yang bersifat permanen dan tidak bisa ditiru ini membuat blockchain juga bisa menjadi bukti kepemilikan asset berharga seperti : sertifikat properti, perhiasan, barang dan jasa lainnya, bahkan dapat juga untuk pencatatan penghitungan suara Pemilu.
Pada perkembangannya, teknologi blockchain juga dimanfaatkan pada bidang pendidikan. Sony Global Education bekerja sama dengan IBM menerbitkan artikel dan ijazah dalam jaringan blockchain sehingga ijazah tersebut tidak dapat dipalsukan, rusak atau hilang.
Di sektor kesehatan, penerapannya telah dilakukan dalam skala yang lebih luas oleh beberapa negara di Eropa, salah satunya Estonia. Catatan atau rekam medis satu pasien di rumah sakit A dapat diakses oleh rumah sakit B ketika pasien tersebut dirawat di rumah sakit B, dalam waktu singkat rekam medis tersebut dapat diakses karena sudah tercatat dalam jaringan blockchain.
Pada industri logistik yang mempunyai pengolahan data yang sangat besar, transaksi yang banyak dan rumit serta melibatkan masalah birokrasi, dokumen, tracking kendaraan dan pergudangan. Maka tidak heran beberapa pemain industri logistik menganggap teknologi blockchain sebagai obat mujarab yang bisa menyelesaikan masalah tersebut, serta dapat memotong biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan persediaan dan penyimpanan, melakukan pengelolaan jaringan gudang dan kendaraan yang terus bergerak serta menghilangkan beban dokumen yang berlebihan pada server terpusat.
Blockchain akan merekam setiap gerakan truk, melakukan pemindahan semua media perantara dan menyederhanakan arus dokumen. Tentunya teknologi blockchain akan menjamin keamanan data serta auditable yang membuat setiap usaha tindakan ilegal hampir tidak mungkin dilakukan. Penerapan blockchain di industri logistik akan meningkatkan transparansi distribusi data di seluruh bagian dari proses logistik tersebut.
Ada beberapa keunggulan danmanfaat jika industri menggunakan teknologi blockchain. Pertama, memberikan Transparansi yang Lebih baik. Histori transaksi bila disimpan di teknologi ini yang bersifat immutable (tak bisa diubah) dan aman, juga transparan.
Melakukan transaksi di teknologi ini melalui public address bisa dilihat oleh semua orang melalui sebuah explorer dan public address. Kita bisa melihat berapa jumlah akun dari seseorang dan ke mana saja ia mentransfer uangnya. Tingkat transparansi seperti ini tidak pernah ada di sistem keuangan manapun sebelumnya, dan bisa menambahkan tingkat akuntabilitas yang belum pernah ada sebelumnya. Perusahaan finansial bisa menggunakan uang /dana dari nasabah tanpa sepengetahuan nasabah, dan penggunaannya belum tentu jujur.
Kedua, memberikan peningkatan security. Di teknologi ini, sebuah transaksi diverifikasi oleh miner sebelum direkam di banyak nodes /komputer. Setelah transaksi disetujui, akan dienkripsi dan terhubung dengan transaksi sebelumnya melalui hash.
Jika menggunakan database sentralisasi seperti SQL, maka seorang hacker atau karyawan yang mempunyai intensi buruk, tinggal menyuap kepada database administrator untuk mengubah data. Nah, dengan teknologi blockchain hacker (atau penyuap) tidak bisa melakukan hack ataupun social engineering kepada data blockchain. Pasalnya, struktur database blockchain hanya append only – hanya bisa menambahkan, tidak punya perintah edit. Juga, perubahan pada salah satu node /data blockchain akan berakibat ketidakcocokan pada hash yang ada pada data node blockchain lainnya sehingga perubahan ini akan ditolak.
Ketiga, memberikan audit trail dan traceability yang lebih baik. Jika data Anda dimasukkan ke dalam blockchain, Anda akan bisa memiliki jejak audit yang memungkinkan untuk mengetahuai dari mana asal sebuah aset dan setiap checkpoint yang dilaluinya. Data blockchain yang bersifat append only, membuat data lama yang salah, tidak bisa diedit untuk diperbaiki, tetapi harus dilakukan input data baru/transaksi baru untuk memperbaikinya, karakter blockchain seperti ini membuat blockchain memiliki audit trail yang lebih baik.
Keempat, bisa menghilangkan middlemen, yang berarti menurunkan biaya. Dengan blockchain Anda menyerahkan trust bukan kepada middlemen tetapi kepada algoritma konsensus. Dengan percaya kepada algoritma, Kamu tidak direpotkan oleh paperwork yang merepotkan untuk melakukan verifikasi transaksi karena semua orang akan mendapatkan akses ke satu database saja yang bersifat immutable. (*dari berbagai sumber)